Assalamualaikum

Glitter Text Generator at TextSpace.net

Saturday, January 19, 2013

NABI MUSA AS. BERTEMU DENGAN NABI KHIDIR AS.



Kisah pertemuan Nabi Musa as dengan Nabi Khidir terkandung di dalam surah al-Kahfi, ayat 60-82. 

            Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada muridnya (Yusya bin Nun): “Aku tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan, atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun” (60)
            Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. (61)
            Setelah mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: “Bawalah kemari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih kerana perjalanan kita ini.” (62)
            Muridnya berjawab: “Tahukah kamu semasa kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa menceritakan tentang ikan itu dan tidak ada yang membuat aku lupa untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.” (63)
            Musa berkata: “Itulah tempat yang kita cari.” Lalu keduanya kembali mengikut jejak mereka semula. “ (64)
            Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan rahmat dari sisi Kami dan yang telah Kami ajarkan Ilmu dari sisi Kami. (65)
            Musa berkata kepada Khidir: “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” (66)
            Dia (Nabi Khidir as) menjawab: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup bersabar bersamaku (67). Dan bagaimana kamu akan dapat bersabar atas sesuatu yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?” (68)
            Musa berkata: “InsyaAllah, kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun.” (69)
            Khidir as berkata: “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepada kamu.” (70) 

Nabi Khidir as Membocorkan Perahu.

Maka berjalanlah keduanya hingga tatkala keduanya menaiki perahu, lalu Khidir melubanginya. Musa berkata: “Mengapa kamu melubangi perahu itu yang akibatnya kamu akan menenggelamkan penumpangnya? Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar” (71). Dia (Khidir) berkata: “Bukankah aku telah berkata, sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku?” (72). Musa berkata: “Janganlah kamu menghukum aku kerana kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku” (73). 

      Nabi Khidir as Membunuh Seorang Anak.

Maka berjalanlah keduanya hingga tatkala mereka berjumpa dengan seorang anak muda, maka Khidir membunuhnya. Musa berkata: “Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan kerana dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar” (74). Khidir berkata: “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahawa sesungguhnya kamu tidak akan mampu sabar bersamaku?” (75). Musa berkata: “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu setelah kali ini, maka janganlah kamu membenarkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan keuzuran kepadaku” (76).

            Nabi Khidir as Membetulkan Dinding Rumah.

Maka keduanya berjalan hingga mereka sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka meminta dijamu oleh penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mahu menjamu mereka, Kemudian keduanya mendapati di negeri itu terdapat dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidir menegakkan dinding itu. Musa berkata: “Jikalau kamu mahu, nescaya kamu dapat meminta imbalan untuk itu” (77).

HIKMAH DARIPADA TINDAKAN NABI KHIDIR AS.

            Khidir berkata: “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu. Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat bersabar terhadapnya (78). 

Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang miskin yang bekerja di laut dan aku hendak merosakkan bahtera itu kerana di hadapan mereka ada seorang raja yang akan merampas setiap bahtera. (79) 

Dan adapun anak muda itu, maka kedua orang tuanya adalah orang yang beriman dan kami khuatir bahawa dia akan memaksa kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran (80). Dan kami mengkehendaki supaya Tuhan mereka menggantikan bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya daripada anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya kepada ibu bapanya (81).

Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua. Sedang ayahnya adalah seorang yang soleh. Maka Tuhanmu mengkehendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat daripada Tuhanmu dan bukanlah aku melakukan itu menurut kemahuanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. (82)             

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.